Abu Bakar bukanlah nama aslinya. Nama aslinya adalah Abdul Kakbah bin Abi Quhafah. Namun setelah masuk islam, Nabi mengganti namanya menjadi Abdullah bin Abi Quhafah. Meski demikian, ia lebih dikenal dengan sebutan Abu Bakar. Ia dipanggil demikian karena keahliannya dalam memelihara anak unta. Bakar adalah bahasa arab dari “anak unta”. Jadi, Abu Bakar artinya “bapak anak unta”. Selain itu, Abu Bakar juga dikenal dengan panggilan Atiq. Atiq artinya “yang tampan. Itu karena ketampanan yang memancar dari wajahnya. Oleh karena itu, Abu Bakar juga kadang dipanggil Atiq bin Usman. Usman adalah nama lain Abu Quhafah, ayah Abu Bakar.
Abu
Bakar lahir tiga tahun setelah Tahun Gajah. Jadi, dia lebih muda tiga tahun
dari Nabi Muhammad saw. Ia berasal dari keluarga Bani Ta'im' salah satu
golongan terhormat di kalangan suku Quraisy. Sejak kecil ia sudah bersahabat
dengan Nabi. Persahabatan itu tambah erat ketika mereka sama-sama menjadi
pedagang muda yang sukses. Nabi dan Abu Bakar kemudian menjadi dua sahabat yang
tak terpisahkan ketika sama-sama berjuang menegakkan agama Allah. Abu Bakar
adalah orang pertama yang masuk islam dari golongan laki-laki dewasa.
Sifat-sifat
Abu Bakar
Sejak
kecil, Abu Bakar dikenal sebagai pribadi yang penuh sifat kebaikan. Hampir
semua sifat baik ada padanya. Ia lembut dalam bertutur kata, sopan dalam
bertindak. Ia juga perasa dan sangat mudah tersentuh hatinya.
Di
samping itu, Abu Bakar juga dikenal cerdas dan berwawasan luas. Kecerdasannya
telah dikenal, bahkan sejak sebelum islam datang. Dialah tempat orang-orang
Quraisy bertanya mengenai negeri-negeri yang jauh dari Mekkah. Kepada dia
jugalah orang-orang menanyakan arti mimpi mereka. Abu Bakar yang cerdas juga
bisa membaca dan memahami tanda-tanda alam. Sehingga, dialah sahabat yang
pertama-tama bisa menangkap pertanda bahwa ajal Nabi telah dekat.
Dari
semua sifat baiknya. Yang paling terkenang dari abu Bakar adalah sifat
kedermawanannya. Sepanjang Hidup. Abu Bakar mempergunakan hartanya semata-mata
demi berjuang di jalan Allah.
Dari
semua kisah kedermawanan Abu Bakar, yang paling terkenang adalah ketika ia menyerahkan
seluruh hartanya untuk membiayai pasukan muslimin yang hendak berangkat ke
Perang Tabuk. Sampai-sampai, Nabi pernah berkata “Aku tidak menemukan orang
yang lebih dermawan dari Abu Bakar”
Abu
Bakar juga Seorang sahabat yang dikenal sangat memercayai semua ucapan Nabi. Ketika
hampir segenap penduduk Mekah tidak percaya dengan Isra' Mikraj Nabi, Abu Bakar
dengan tegas menyatakan kepercayaannya. Karena itulah, Nabi memberinya gelar “ash-Shiddiq”
yang artinya "orang yang membenarkan".
Selama
memimpin umat, ia sama sekali tidak menyalahgunakan jabatannya. Jika seseorang
biasanya menjadi bertambah kaya setelah berkuasa, Abu Bakar tidak. Usaha perdagangan
Abu Bakar saat ia menjadi khalifah malah menyusut sangat tajam. Bahkan boleh
dikata ia jatuh miskin setelah menjadi khalifah. Ini terjadi karena Abu Bakar
tidak bisa lagi berdagang seperti sebelumnya. Waktunya habis untuk mengurus
kepentingan umat Islam.
Abu Bakar Sang Khalifatu Rasulillah
Ketika menjadi khalifah, Abu Bakar memakai
gelar Khalifatu Rasulillah. Arti kata Khalifatu Rasulillah adalah 'pengganti
Rasulullah'. Gelar itu dipakai olehnya tidak untuk main-main. Sebagai pengganti
Rasulullah, ia memang berusaha meneladani pribadi Rasulullah. Beberapa masalah
yang dihadapi Abu Bakar saat menjadi khalifah adalah :
1. Menyerang Barqa dan Darum
Tindakan pertama Abu Bakar setelah menjadi
khalifah adalah menyerbu ke wilayah Barqa dan Darum di wilayah Palestina, dekat
perbatasan Syiria yang dikuasai Bizantium. Penyerangan itu untuk membalas
Bizantium, yang telah mengalahkan pasukan muslimin pada Perang Mu'tah yang
terjadi beberapa tahun sebelumnya. Namun, karena Nabi wafat, keberangkatan itu tertunda.
Kini Abu Bakar mewujudkan rencana itu, tetap dengan Usamah bin Zaid sebagai
sang komandan. Usamah
dan pasukannya pun tetap diperintahkan berangkat ke syiria. Sementara itu, sisa
pasukan muslim yang tinggal di Madinah berjaga-jaga terhadap setiap kemungkinan
buruk yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
Usamah
kembali ke Madinah dengan kemenangan yang gilang-gemilang. Orang-orang yang
sebelumnya meragukan kemampuan Usamah, kini mau tak mau harus percaya dengan
ucapan Nabi sebelum wafat.
2.Memerangi Orang-orang Murtad dan Nabi Palsu
Setelah
sukses, dengan pengiriman pasukan Usamah, Khalifah segera dihadapkan kepada
beberapa masalah pelik. Dua yang terberat adalah banyaknya kaum muslimin yang
murtad (keluar dari Islam) dan munculnya nabi-nabi palsu.
Orang-orang
murtad ini muncul terutama dari kalangan suku-suku Arab Badui yang tinggal jauh
dari Madinah. Rata-rata, mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
Islam. Kebanyakan mereka murtad terutama karena enggan membayar zakat, serta
malas mengerjakan puasa.
Selain
itu, banyaknya orang murtad juga disebabkan kemunculan nabi palsu. Dengan berbagai
cara, para nabi palsu ini memperdaya kaum muslimin agar meninggalkan ajaran Nabi
Muhammad dan menjadi pengikut mereka. Di antara orang-orang yang mengaku
sebagai nabi adalah Musailamah bin Habib
atau Musailamah al-Kadzab (si Pembohong)
dari Yamamah, Thulaihah dari Bani
Asad, Zut Taj Laqit bin Malik dari
Oman, Aswad al-Ansi dari Yaman, dan seorang
perempuan bernama Sajah dari Bani
Tamim, juga dari Yaman.
Abu
Bakar segera mengambil tindakan tegas terhadap orang-orang murtad dan nabi-nabi
palsu tersebut. Kepada mereka, Khalifah menyampaikan peringatan keras, memberi
dua pilihan : bertobat dan kembali ke pangkuan islam, atau diperangi hingga
tumpas! Ketika tidak ada tanda-tanda mereka akan bertobat, pasukan muslim pun
segera dikirim untuk membabat mereka. Peperangan terhadap orang-orang murtad
itu disebut sebagai perang Riddah. Perang di tahun 633 M (12 H) itu berlangsung
kira-kira selama enam bulan. Meski harus dengan susah payah dan memakan banyak
korban, Khalifah Abu Bakar berhasil menumpas, orang-orang murtad dan para nabi
palsu.
3. Penyusunan Al-Quran
Penumpasan terhadap orang-orang murtad dan
nabi palsu ternyata harus dibayar mahal oleh kaum muslimin. Dalam Perang
Riddah, banyak sekali sahabat yang gugur. Padahal, sebagian besar para sahabat
itu merupakan para penghafal Al-Quran.
Banyaknya penghafal Al-Quran yang gugur tentu
saja sangat merugikan dan sangat mengkhawatirkan. Karena perlu kalian ketahui
bahwa pada zaman itu Al-Quran belum dibukukan, orang-orang biasanya hanya
menghafal dan sebagian menulis, namun menulisnya di sembarang tempat, seperti
di kulit binatang, dan bebatuan.
Maka dari itu atas usulan Umar bin Khattab,
Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq menugaskan Zaid bin Tsabit untuk memimpin
pengumpulan Al-Quran. Zaid ditunjuk karenan ia berpengalaman dalam mecatat
ayat-ayat Al-Quran. Akhirnya ayat-ayat Al-quran tersebut dikumpulkan dan
dibukukan.
4. Menghadapi Ancaman Bizantium dan Sasaniah
Di belahan dunia bagian tengah terdapat dua
kekaisaran yang sangat besar: Sasaniah (Persia, timur Jazirah Arab) dan
Bizantium (barat Jazirah Arab). Dua negeri itu memiliki wilayah yang sangat
luas, kekayaan melimpah, dan tentara sangat kuat. Kekuasaan Kekaisaran Sasaniah
terbentang dari negeri Irak hingga jauh ke utara di Pegunungan Kaukasus (kini
di Rusia). Sementara, Bizantium menguasai sebagian Jazirah Arab, Syam (syiria),
Mesir, Konstatinopel (kini menjadi kota istambul di Turki).
Kedua negeri itu saling bersaing. Mereka
terus berperang dan saling mengalahkan dalam kurun ratusan tahun. Karena sibuk
bertikai, mereka bahkan tidak menyadari bahwa terdapat kekuatan baru di
wilayahnya, yaitu agama islam.
Bizantium dan Sasaniah baru menyadari
kekuatan islam ketika Rasulullah SAW mengirimkan surat kepada kaisar mereka.
Isinya tidak main-main : mengajak kedua kaisar itu masuk islam. Karena
tersinggung, sejak saat itulah mereka memusuhi islam.
Sejak
saat itu pula terjadi banyak pertempuran antar islam dan Bizantium maupun islam
dengan Sasaniah. Ancaman dari Bizantium dan Sasaniah inilah yang harus segera
diatasi oleh Abu Bakar.
5. Menggempur Irak dan Syiria
Pergerakan pasukan muslimin ke arah Irak dan Syiria |
Alasan
Musanna ini diterima oleh Khalifah. Dukungan itu dibuktikan dengan perintahnya
kepada Khalid bin Walid untuk berangkat ke Irak bersama 10 ribu tentara untuk
membantu Musanna.
Selanjutnya,
Khalid mengambil alih pimpinan pasukan dari Musanna. Berbekal pengalaman
perangnya yang tak diragukan lagi, Khalid bin walid berhasil memimpin
pasukannya menduduki Kota Hirah, kota terpenting di wilayah Irak saat itu.
Peristiwa ini terjadi tahun 633 M (12 H).
Maka,
setelah itu Khalifah Abu Bakar mulai berpikir untuk menghadapi ancaman Bizantium.
Dengan dukungan para sahabat terkemuka, Khalifah pun memutuskan untuk mengirim
pasukan ke Syiria, daerah kekuasaan Bizantium yang paling dekat dengan wilayah
Islam.
Pasukan
pertama yang dikirim ke sana dipimpin oleh Khalid bin Said (Ini beda Iho dengan Khalid bin walid!). Pada awalnya, Khalid bin
Said meraih beberapa kemenangan. Namun, pasukannya memang terlalu kecil untuk
menghadapi pasukan Bizantium. Akhirnya, Khalid bin Said kembali ke madinah
dengan membawa kekalahan.
Kekalahan
ini tidak membuat Khalifah putus asa. Ia pun mengirim pasukan yang lebih besar.
Jumlah seluruh tentara yang saat itu dikirim ke Syiria ialah sekitar 30 ribu
orang. Jumlah ini masih ditambah dengan pasukan pimpinan Khalid bin Walid yang
didatangkan dari Irak.
Untuk
menangkal pasukan muslimin, Kaisar Bizantium Heraklius, menyiapkan pasukannya
tak kurang dari 240 ribu orang. Ia juga menugaskan panglima-panglima perang
terbaiknya.
Abu Bakar Wafat
Di tengah persiapan perang melawan pihak
Bizantium, kabar duka terdengar dari Madinah. Khalifah Abu Bakar jatuh sakit.
Setelah 13 hari, Khalifah pun wafat. Peristiwa itu terjadi pada Hari Senin, 23
Agustus 634 M (13 H). Jenazahnya dikuburkan di samping makam Nabi Muhammad saw.
Khalifah Abu Bakar memimpin kaum muslimin
hanya dalam waktu yang sangat singkat, yaitu dua tahun lebih tiga bulan. Meski
demikian, dia telah menyumbangkan jasa yang sangat besar terhadap perkembangan
Islam' Pada saat kepemimpinannyalah Islam berhasil mempersatukan seluruh Jazirah
Arab, setelah terjadi begitu banyak pemberontakan. Sementara, kemenangan
tentara Islam di wilayah Sasaniah dan Syiria menunjukkan kepada dunia saat itu
bahwa kekuatan Islam tidak lagi bisa diremehkan. Prestasi lain yang tak kalah
penting adalah upaya pembukuan Al-Qur'an.
Meneladani Sikap Abu Bakar
Banyak sekali nilai-nilai keteladanan yang
diberikan Khalifah Abu Bakar. Yang paling menonjol dari sifat keteladanan Abu
Bakar adalah kedermawanannya. Kita juga mendapatkan contoh kesediaannya untuk
berkorban. Mengorbankan kepentingan diri sendiri dan keluarga demi kepentingan
umat. keteladanan yang lain adalah sikapnya yang lembut. Abu Bakar amat
tersentuh. Saat membaca Al-qur'an, Abu Bakar selalu menangis.
Namun
di balik kelembutan hati dan kepekaan perasaannya, Abu Bakar memiliki sifat
yang tegas. Hal ini ditunjukkan saat Abu Bakar menjadi khalifah. Keteladanan
lain dari Khalifah Abu Bakar adalah kesederhanaannya. Meskipun Abu Bakar
merupakan seorang saudagar besar di awal perkembangan Islam, Abu Bakar tidak pernah
bermewah-mewah, meskipun ia pasti mampu melakukannya. Kekayaannya hanya ia
pakai untuk berjuang di jalan Allah.
0 komentar:
Posting Komentar