Pages

Senin, 20 Januari 2014

Abu Bakar Ash-Shiddiq


Abu Bakar bukanlah nama aslinya. Nama aslinya adalah Abdul Kakbah bin Abi Quhafah. Namun setelah masuk islam, Nabi mengganti namanya menjadi Abdullah bin Abi Quhafah. Meski demikian, ia lebih dikenal dengan sebutan Abu Bakar. Ia dipanggil demikian karena keahliannya dalam memelihara anak unta. Bakar adalah bahasa arab dari “anak unta”. Jadi, Abu Bakar artinya “bapak anak unta”. Selain itu, Abu Bakar juga dikenal dengan panggilan Atiq. Atiq artinya “yang tampan. Itu karena ketampanan yang memancar dari wajahnya. Oleh karena itu, Abu Bakar juga kadang dipanggil Atiq bin Usman. Usman adalah nama lain Abu Quhafah, ayah Abu Bakar.

Abu Bakar lahir tiga tahun setelah Tahun Gajah. Jadi, dia lebih muda tiga tahun dari Nabi Muhammad saw. Ia berasal dari keluarga Bani Ta'im' salah satu golongan terhormat di kalangan suku Quraisy. Sejak kecil ia sudah bersahabat dengan Nabi. Persahabatan itu tambah erat ketika mereka sama-sama menjadi pedagang muda yang sukses. Nabi dan Abu Bakar kemudian menjadi dua sahabat yang tak terpisahkan ketika sama-sama berjuang menegakkan agama Allah. Abu Bakar adalah orang pertama yang masuk islam dari golongan laki-laki dewasa.

Sifat-sifat Abu Bakar

Sejak kecil, Abu Bakar dikenal sebagai pribadi yang penuh sifat kebaikan. Hampir semua sifat baik ada padanya. Ia lembut dalam bertutur kata, sopan dalam bertindak. Ia juga perasa dan sangat mudah tersentuh hatinya.

Di samping itu, Abu Bakar juga dikenal cerdas dan berwawasan luas. Kecerdasannya telah dikenal, bahkan sejak sebelum islam datang. Dialah tempat orang-orang Quraisy bertanya mengenai negeri-negeri yang jauh dari Mekkah. Kepada dia jugalah orang-orang menanyakan arti mimpi mereka. Abu Bakar yang cerdas juga bisa membaca dan memahami tanda-tanda alam. Sehingga, dialah sahabat yang pertama-tama bisa menangkap pertanda bahwa ajal Nabi telah dekat.

Dari semua sifat baiknya. Yang paling terkenang dari abu Bakar adalah sifat kedermawanannya. Sepanjang Hidup. Abu Bakar mempergunakan hartanya semata-mata demi berjuang di jalan Allah.

Dari semua kisah kedermawanan Abu Bakar, yang paling terkenang adalah ketika ia menyerahkan seluruh hartanya untuk membiayai pasukan muslimin yang hendak berangkat ke Perang Tabuk. Sampai-sampai, Nabi pernah berkata “Aku tidak menemukan orang yang lebih dermawan dari Abu Bakar”

Abu Bakar juga Seorang sahabat yang dikenal sangat memercayai semua ucapan Nabi. Ketika hampir segenap penduduk Mekah tidak percaya dengan Isra' Mikraj Nabi, Abu Bakar dengan tegas menyatakan kepercayaannya. Karena itulah, Nabi memberinya gelar “ash-Shiddiq” yang artinya "orang yang membenarkan".

Selama memimpin umat, ia sama sekali tidak menyalahgunakan jabatannya. Jika seseorang biasanya menjadi bertambah kaya setelah berkuasa, Abu Bakar tidak. Usaha perdagangan Abu Bakar saat ia menjadi khalifah malah menyusut sangat tajam. Bahkan boleh dikata ia jatuh miskin setelah menjadi khalifah. Ini terjadi karena Abu Bakar tidak bisa lagi berdagang seperti sebelumnya. Waktunya habis untuk mengurus kepentingan umat Islam.

Abu Bakar Sang Khalifatu Rasulillah

Ketika menjadi khalifah, Abu Bakar memakai gelar Khalifatu Rasulillah. Arti kata Khalifatu Rasulillah adalah 'pengganti Rasulullah'. Gelar itu dipakai olehnya tidak untuk main-main. Sebagai pengganti Rasulullah, ia memang berusaha meneladani pribadi Rasulullah. Beberapa masalah yang dihadapi Abu Bakar saat menjadi khalifah adalah :

1. Menyerang Barqa dan Darum
Tindakan pertama Abu Bakar setelah menjadi khalifah adalah menyerbu ke wilayah Barqa dan Darum di wilayah Palestina, dekat perbatasan Syiria yang dikuasai Bizantium. Penyerangan itu untuk membalas Bizantium, yang telah mengalahkan pasukan muslimin pada Perang Mu'tah yang terjadi beberapa tahun sebelumnya. Namun, karena Nabi wafat, keberangkatan itu tertunda. Kini Abu Bakar mewujudkan rencana itu, tetap dengan Usamah bin Zaid sebagai sang komandanUsamah dan pasukannya pun tetap diperintahkan berangkat ke syiria. Sementara itu, sisa pasukan muslim yang tinggal di Madinah berjaga-jaga terhadap setiap kemungkinan buruk yang sewaktu-waktu dapat terjadi.

Usamah kembali ke Madinah dengan kemenangan yang gilang-gemilang. Orang-orang yang sebelumnya meragukan kemampuan Usamah, kini mau tak mau harus percaya dengan ucapan Nabi sebelum wafat.

2.Memerangi Orang-orang Murtad dan Nabi Palsu
Setelah sukses, dengan pengiriman pasukan Usamah, Khalifah segera dihadapkan kepada beberapa masalah pelik. Dua yang terberat adalah banyaknya kaum muslimin yang murtad (keluar dari Islam) dan munculnya nabi-nabi palsu.

Orang-orang murtad ini muncul terutama dari kalangan suku-suku Arab Badui yang tinggal jauh dari Madinah. Rata-rata, mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai Islam. Kebanyakan mereka murtad terutama karena enggan membayar zakat, serta malas mengerjakan puasa.

Selain itu, banyaknya orang murtad juga disebabkan kemunculan nabi palsu. Dengan berbagai cara, para nabi palsu ini memperdaya kaum muslimin agar meninggalkan ajaran Nabi Muhammad dan menjadi pengikut mereka. Di antara orang-orang yang mengaku sebagai nabi adalah Musailamah bin Habib atau Musailamah al-Kadzab (si Pembohong) dari Yamamah, Thulaihah dari Bani Asad, Zut Taj Laqit bin Malik dari Oman, Aswad al-Ansi dari Yaman, dan seorang perempuan bernama Sajah dari Bani Tamim, juga dari Yaman.

Abu Bakar segera mengambil tindakan tegas terhadap orang-orang murtad dan nabi-nabi palsu tersebut. Kepada mereka, Khalifah menyampaikan peringatan keras, memberi dua pilihan : bertobat dan kembali ke pangkuan islam, atau diperangi hingga tumpas! Ketika tidak ada tanda-tanda mereka akan bertobat, pasukan muslim pun segera dikirim untuk membabat mereka. Peperangan terhadap orang-orang murtad itu disebut sebagai perang Riddah. Perang di tahun 633 M (12 H) itu berlangsung kira-kira selama enam bulan. Meski harus dengan susah payah dan memakan banyak korban, Khalifah Abu Bakar berhasil menumpas, orang-orang murtad dan para nabi palsu.

3. Penyusunan Al-Quran
Penumpasan terhadap orang-orang murtad dan nabi palsu ternyata harus dibayar mahal oleh kaum muslimin. Dalam Perang Riddah, banyak sekali sahabat yang gugur. Padahal, sebagian besar para sahabat itu merupakan para penghafal Al-Quran.

Banyaknya penghafal Al-Quran yang gugur tentu saja sangat merugikan dan sangat mengkhawatirkan. Karena perlu kalian ketahui bahwa pada zaman itu Al-Quran belum dibukukan, orang-orang biasanya hanya menghafal dan sebagian menulis, namun menulisnya di sembarang tempat, seperti di kulit binatang, dan bebatuan.

Maka dari itu atas usulan Umar bin Khattab, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq menugaskan Zaid bin Tsabit untuk memimpin pengumpulan Al-Quran. Zaid ditunjuk karenan ia berpengalaman dalam mecatat ayat-ayat Al-Quran. Akhirnya ayat-ayat Al-quran tersebut dikumpulkan dan dibukukan.

4. Menghadapi Ancaman Bizantium dan Sasaniah
Di belahan dunia bagian tengah terdapat dua kekaisaran yang sangat besar: Sasaniah (Persia, timur Jazirah Arab) dan Bizantium (barat Jazirah Arab). Dua negeri itu memiliki wilayah yang sangat luas, kekayaan melimpah, dan tentara sangat kuat. Kekuasaan Kekaisaran Sasaniah terbentang dari negeri Irak hingga jauh ke utara di Pegunungan Kaukasus (kini di Rusia). Sementara, Bizantium menguasai sebagian Jazirah Arab, Syam (syiria), Mesir, Konstatinopel (kini menjadi kota istambul di Turki).
Wilayah islam terjepit diantara Kekaisaran Bizantium dan Sasaniah
Kedua negeri itu saling bersaing. Mereka terus berperang dan saling mengalahkan dalam kurun ratusan tahun. Karena sibuk bertikai, mereka bahkan tidak menyadari bahwa terdapat kekuatan baru di wilayahnya, yaitu agama islam.

Bizantium dan Sasaniah baru menyadari kekuatan islam ketika Rasulullah SAW mengirimkan surat kepada kaisar mereka. Isinya tidak main-main : mengajak kedua kaisar itu masuk islam. Karena tersinggung, sejak saat itulah mereka memusuhi islam.

Sejak saat itu pula terjadi banyak pertempuran antar islam dan Bizantium maupun islam dengan Sasaniah. Ancaman dari Bizantium dan Sasaniah inilah yang harus segera diatasi oleh Abu Bakar.

5. Menggempur Irak dan Syiria
Pergerakan pasukan muslimin ke arah Irak dan Syiria
Tidak begitu lama setelah Perang Riddah, tiba-tiba Khalifah mendengar bahwa sepasukan tentara muslim menyerbu wilayah Irak. Pasukan itu dipimpin oleh Musanna bin Haritsah dari Bani Bakar bin Wa'il. Mula-mula, Khalifah terkejut mendengar kabar ini. Ia masih ragu-ragu,apakah pasukan muslimin mampu melawan tentara Sasaniah yang terkenal kuat dan banyak. Namun menurut kabari Musanna menyerbu Irak karena keadaan Kekaisaran Sasaniah sedang melemah, akibat terjadi perebutan kekuasan antar-pangerannya.
Alasan Musanna ini diterima oleh Khalifah. Dukungan itu dibuktikan dengan perintahnya kepada Khalid bin Walid untuk berangkat ke Irak bersama 10 ribu tentara untuk membantu Musanna.

Selanjutnya, Khalid mengambil alih pimpinan pasukan dari Musanna. Berbekal pengalaman perangnya yang tak diragukan lagi, Khalid bin walid berhasil memimpin pasukannya menduduki Kota Hirah, kota terpenting di wilayah Irak saat itu. Peristiwa ini terjadi tahun 633 M (12 H).

Maka, setelah itu Khalifah Abu Bakar mulai berpikir untuk menghadapi ancaman Bizantium. Dengan dukungan para sahabat terkemuka, Khalifah pun memutuskan untuk mengirim pasukan ke Syiria, daerah kekuasaan Bizantium yang paling dekat dengan wilayah Islam.

Pasukan pertama yang dikirim ke sana dipimpin oleh Khalid bin Said (Ini beda Iho dengan Khalid bin walid!). Pada awalnya, Khalid bin Said meraih beberapa kemenangan. Namun, pasukannya memang terlalu kecil untuk menghadapi pasukan Bizantium. Akhirnya, Khalid bin Said kembali ke madinah dengan membawa kekalahan.

Kekalahan ini tidak membuat Khalifah putus asa. Ia pun mengirim pasukan yang lebih besar. Jumlah seluruh tentara yang saat itu dikirim ke Syiria ialah sekitar 30 ribu orang. Jumlah ini masih ditambah dengan pasukan pimpinan Khalid bin Walid yang didatangkan dari Irak.

Untuk menangkal pasukan muslimin, Kaisar Bizantium Heraklius, menyiapkan pasukannya tak kurang dari 240 ribu orang. Ia juga menugaskan panglima-panglima perang terbaiknya.

Abu Bakar Wafat

Di tengah persiapan perang melawan pihak Bizantium, kabar duka terdengar dari Madinah. Khalifah Abu Bakar jatuh sakit. Setelah 13 hari, Khalifah pun wafat. Peristiwa itu terjadi pada Hari Senin, 23 Agustus 634 M (13 H). Jenazahnya dikuburkan di samping makam Nabi Muhammad saw.

Khalifah Abu Bakar memimpin kaum muslimin hanya dalam waktu yang sangat singkat, yaitu dua tahun lebih tiga bulan. Meski demikian, dia telah menyumbangkan jasa yang sangat besar terhadap perkembangan Islam' Pada saat kepemimpinannyalah Islam berhasil mempersatukan seluruh Jazirah Arab, setelah terjadi begitu banyak pemberontakan. Sementara, kemenangan tentara Islam di wilayah Sasaniah dan Syiria menunjukkan kepada dunia saat itu bahwa kekuatan Islam tidak lagi bisa diremehkan. Prestasi lain yang tak kalah penting adalah upaya pembukuan Al-Qur'an.

Meneladani Sikap Abu Bakar

Banyak sekali nilai-nilai keteladanan yang diberikan Khalifah Abu Bakar. Yang paling menonjol dari sifat keteladanan Abu Bakar adalah kedermawanannya. Kita juga mendapatkan contoh kesediaannya untuk berkorban. Mengorbankan kepentingan diri sendiri dan keluarga demi kepentingan umat. keteladanan yang lain adalah sikapnya yang lembut. Abu Bakar amat tersentuh. Saat membaca Al-qur'an, Abu Bakar selalu menangis.


Namun di balik kelembutan hati dan kepekaan perasaannya, Abu Bakar memiliki sifat yang tegas. Hal ini ditunjukkan saat Abu Bakar menjadi khalifah. Keteladanan lain dari Khalifah Abu Bakar adalah kesederhanaannya. Meskipun Abu Bakar merupakan seorang saudagar besar di awal perkembangan Islam, Abu Bakar tidak pernah bermewah-mewah, meskipun ia pasti mampu melakukannya. Kekayaannya hanya ia pakai untuk berjuang di jalan Allah.



0 komentar:

Posting Komentar